Langsung ke konten utama

Laporan Hasil Observasi Museum Geologi Bandung

Laporan Hasil Observasi Museum Geologi Bandung

Nama tempat               : Museum Geologi Bandung.
Nama kegiatan            : Melakukan Kegiatan Observasi.      
Tujuan Pengamatan     : Untuk mengetahui peninggalan-peninggalan sejarah.
Hari/ Tanggal              : Rabu, 27 September 2017.
Waktu                         : 11:00-12:30.



Museum Geologi Bandung merupakan salah satu objek wisata sejarah di kota Bandung. Museum ini memberikan informasi dan pengetahuan mengenai geologi atau ilmu bumi dengan cara yang menarik dan menyenangkan. Di museum ini, wisatawan bisa dapat menyaksikan berbagai material geologi berbentuk batuan, fosil, atau pun mineral yang ditemukan diberbagai wilayah indonesia. Karena pentingnya peranan museum dan koleksi yang dimiliki, Museum Geologi Bandung tercatat sebagai warisan nasional dan dilindungi dalam peraturan pemerintah.
Keberadaan Museum Geologi berkaitan dengan sejarah penyelidikan tahun 1850-an  di Indonesia. Lembaga yang mengkordinasikan penyelidikan biologi saat itu bernama“Dienest Van Het Mijnwezen”. Museum Geologi diresmikan pada 16 Mei 1929, bertepatan dengan diselenggarakanya kongres ilmu pengetahuan pasifik ke-IV di Institut Bandung. Sebelumnya gedung ini berfungsi sebagai laboratorium geologi, kantor, dan meseum untuk menyimpan dan menyajikan hasil survei geologi.
Museum Geologi memiliki ratusan ribu koleksi batuan, mineral, dan koleksi fosil. Sebagian besar koleksi disimpan di ruang simpan koleksi, sebagian kecil dipamerkan di ruang peragaan. Ruang peragaan Museum Geologi menempati 2 lantai, terdiri 4 ruangan. Setiap ruagan menyajikan tema-tema yang berbeda. Ruang peragaan Geologi Indonesia dan  sejarah kehidupan berada di lantai 1. Lantai dua menyajikan Geologi dan kehidupan manusia dengan tema sumber daya geologi, manfaat dan bencana geologi.
Fasilitas yang ada di Museum Geologi yang berada di Lantai satu dibagi menjadi tiga ruangan.

A.     Ruang pertama yaitu Ruang Tengah(Ruang Orientasi), yang berisi:
1.      Tempat Resepsionis yaitu tempat untuk membantu tugas administrasi dan tugas sekretaris.

2.      Animasi Geologi dan kegiatan dengan bentuk relief layar lebar.
3.      Pelayanan informasi museum yaitu untuk melayani pengunjung.

B.     Ruang Kedua(Ruang sayap Barat/Ruang Geologi),yang berisi:


1.      Bebatuan hasil kegiatan Gunung Berapi.
2.      Pemetaan Sumber Daya Mineral  di Indonesia.
3.      Tatanan Tektonik Regional.
4.      Hipotesis Terjadinya Bumi dalam system Tata Surya.
Bumi kita terbentuk sekitar 4,6 miliar tahun yang lalu bersamaan dengan terbentuknya satu sistem tata surya yang dinamakan keluarga matahari. Suatu teori yang dinamakan”Teori Kabut(Nebula)” menceritakan kejadian tersebut dalam tiga tahap:
1.      Matahari dan planet-planet lainnya masih terbentuk gas, kabut yang begitu pekat dan besar.
2.      Kabut tersebut berputar dan berpilin dengan kuat, dimana pemadatan terjadi dipusat lingkaran yang kemudian membentuk matahari. Pada saat bersamaan materi lain pun terbentuk menjadi massa yang lebih kecil dari matahari yang disebut sebagai planet, bergerak mengelilingi matahari.
3.      Materi-materi tersebut tumbuh makin besar dan terus melakukan gerakan secara teratur mengelilingi matahari dalam satu orbit yang tetap dan membentuk susunan keluarga matahari.
Asteroid adalah salah satu anggota keluarga matahari, apabila bergerak terlalu dekat dengan bumi, gravitasi bumi akan menarik asteroid tersebut ke atmosfir bumi, bergesekan dan terbakar.
5.      Sejarah evolusi manusia menurut teori evolusi Darwin.
Charles Darwin(1809-1892) merupakan pelopor utama dalam penelusuran sejarah asal-usul manusia yang ia kemukakan dalam karya monumentalnya: The Origin of Species by Means of Natural Selection(1859) dan The Descent of man and Selection in Relation to sex(1871). Tampaknya manusia berkembang dalam suatu tahapan dari moyang yang menyerupai kera dan hidup di daerah tropis.
Sejarah awal pembentukan bumi dan Perkembangan manusia.
Bumi berasal dari partikel padat dan gas yang berpilin dan sangat panas. Temperaturnya terus menurun sehingga massa gas menjadi massa cair pijar dan panas. Kemudian, sebagai akibat dari penurunan temperatur yang menerus, bagian permukaan bumi membentuk, sementara bagian dalamnya sampai sekarang masih merupakan cairan yang pijar dan panas disebut magma.




6.      Berbagai jenis bebatuan diantaranya batuan beku, sedimen, dan malihan.


C.     Ruang ketiga(Ruang sayap Timur),yang berisi:

1.      Informasi proses pembentukan fosil
2.      Sejarah pembentukan danau Bandung




Sejarah Danau Bandung berdasarkan penelitian ditenggarai ditemukannya bukti-bukti alam terbentuknya daratan Bandung purba yang sangat berharga. Di antaranya kars (batu kapur) di Citatah, Padalarang, Kab. Bandung, sebagai bukti daerah itu pada zaman miosen awal (23 – 17 juta tahun lalu) pantai utara (pantura) ada di sana. Kini kawasan itu dikenal antara lain dengan Karangpanganten, Karanghawu, Pasir (Bukit Pabeasan), dll. “Bukti alam purba di Bandung bagian barat itu cukup lengkap, termasuk peninggalan Danau Bandung purba,” ujar T. Bachtiar, anggota Masyarakat Geografi Indonesia (MGI). T. Bachtiar mengeluarkan buku Bandung Purba (Lindungi Pusaka Bumi Bandung), di Sekretariat Kelompok Riset Cekungan Bandung (KRCB), Jln. Pajajaran 128, Kota Bandung.

Bandung kota dan sekitarnya, pada masa lampau merupakan danau yang dikenal dengan Danau Bandung. Keadaan yang sekarang terlihat merupakan pedataran yang biasa disebut dengan istilah “Cekungan Bandung” (Bandung Basin). Daerah sekitar cekungan tersebut, diperkirakan dahulu merupakan tepian danau sehingga banyak diperoleh sisa-sisa aktivitas manusia masa lampau (Koesoemadinata, 2001).

Van Bemmelen, 1935, meneliti sejarah geologi Bandung. Pengamatan dilakukan terhadap singkapan batuan dan bentuk morfologi dari gunung api-gunung api di sekitar Bandung. Penelitian yang dilakukan berhasil mengetahui bahwa danau Bandung terbentuk karena pembendungan Sungai Citarum purba. Pembendungan ini disebabkan oleh pengaliran debu gunung api masal dari letusan dasyat Gunung Tangkuban Parahu yang didahului oleh runtuhnya Gunung Sunda Purba di sebelah baratlaut Bandung dan pembentukan kaldera di mana di dalamnya Gunung Tangkuban Parahu tumbuh. Van Bemmelen secara rinci menjelaskan, sejarah geologi Bandung dimulai pada zaman Miosen (sekitar 20 juta tahun yang lalu). Saat itu daerah Bandung utara merupakan laut, terbukti dengan banyaknya fosil koral yang membentuk terumbu karang sepanjang punggungan bukit Rajamandala. Kondisi sekarang, terumbu tersebut menjadi batukapur dan ditambang sebagai marmer yang berpolakan fauna purba.

Bukit pegunungan api diyakini masih berada di daerah sekitar Pegunungan Selatan Jawa. Sekitar 14 juta sampai 2 juta tahun yang lalu, laut diangkat secara tektonik dan menjadi daerah pegunungan yang kemudian 4 juta tahun yang lalu dilanda dengan aktivitas gunung api yang menghasilkan bukit-bukit yang menjurus utara selatan antara Bandung dan Cimahi, antara lain Pasir Selacau. Pada 2 juta tahun yang lalu aktivitas volkanik ini bergeser ke utara dan membentuk gunung api purba yang dinamai Gunung Sunda, yang diperkirakan mencapai ketinggian sekitar 3000 m di atas permukaaan air laut. Sisa gunung purba raksasa ini sekarang adalah punggung bukit.

Sekitar Situ Lembang (salah satu kerucut sampingan sekarang disebut Gunung Sunda) dan Gunung Burangrang diyakini sebagai salah satu kerucut sampingan dari Gunung Sunda Purba ini. Sisa lain dari lereng Gunung Sunda Purba ini terdapat di sebelah utara Bandung, khususnya sebelah timur Sungai Cikapundung sampai Gunung Malangyang, yang oleh van Bemmelen (1935, 1949) disebut sebagai Blok Pulasari. Pada lereng ini terutama ditemukan situs-situs artefak ini, yang diteliti lebih lanjut oleh Rothpletz pada zaman Jepang dan pendudukan Belanda di Masa Perang Kemerdekaaan. Sisa lain dari Gunung Sunda Purba ini adalah Bukit Putri di sebelah timur laut Lembang (Koesoemadinata, 2001).

Gunung Sunda Purba itu kemudian runtuh, dan membentuk suatu kaldera (kawah besar yang berukuran 5-10 km) yang ditengahnya lahir Gunung Tangkuban Parahu, yang disebutnya dari Erupsi A dari Tangkuban Parahu, bersamaan pula dengan terjadinya patahan Lembang sampai Gunung Malangyang, dan memisahkan dataran tinggi Lembang dari dataran tinggi Bandung. Kejadian ini diperkirakan van Bemmelen (1949) terjadi sekitar 11.000 tahun yang lalu.

Suatu erupsi cataclysmic kedua terjadi sekitar 6000 tahun yang lalu berupa suatu banjir abu panas yang melanda bagian utara Bandung (lereng Gunung Sunda Purba) sebelah barat Sungai Cikapundung samapai sekitar Padalarang di mana Sungai Citarum Purba mengalir ke luar dataran tinggi Bandung. Banjir abu volkanik ini menyebabkan terbendungnya Sungai Citarum Purba, dan terbentuklah Danau Bandung.

Tahun 90-an, Dam dan Suparan (1992) dari Direktorat Tata Lingkungan Departemen Pertambangan mengungkapkan sejarah geologi dataran tinggi Bandung. Penelitian ini menggunakan teknologi canggih seperti metoda penanggalan pentarikhan radiometri dengan isotop C-14 dan metode U/Th disequilibirum. Dam melakukan pengamatan terhadap perlapisan endapan sedimen Danau Bandung dari 2 lubang bor masing-masing sedalam 60 m di Bojongsoang dan sedalam 104 m di Sukamanah; melakukan pentarikhan dengan metoda isotop C-14 dan 1 metoda U/Th disequilibirum; dan pengamatan singkap dan bentuk morfologi di sekitar Bandung. Berbeda dengan Sunardi (1997) yang mendasarkan penelitiannnya atas pengamatan paleomagnetisme dan pentarikhan radiometri dengan metode K-Ar.

Simpulan penting adalah bahwa pentarikhan kejadian-kejadian ini jauh lebih tua daripada diperkirakan oleh van Bemmelen (1949), kecuali periode pembentukan Gunung Sunda Purba serta kejadian-kejadian sebelumnya. Keberadaan danau purba Bandung dapat dipastikan, bahkan turun naiknya muka air danau, pergantian iklim serta jenis floranya dapat direkam lebih baik (van der Krass dan Dam, 1994).

Hasil yang diperoleh, pembentukan danau Bandung bukan disebabkan oleh suatu peristiwa ledakan Gunung Sunda atau Tangkuban Parahu, tetapi mungkin karena penurunan tektonik dan peristiwa denudasi dan terjadi pada 125 KA (kilo-annum/ribu tahun) yang lalu (Dam et al, 1996).

Keberadaan Gunung Sunda Purba dipastikan antara 2 juta sampai 100 juta tahun yang lalu berdasarkan pentarikhan batuan beku aliran lava, antara lain di Batunyusun timur laut Dago Pakar di Pulasari Schol (1200 juta tahun), Batugantung Lembang 506 kA (ribu tahun) dan di Maribaya (182 dan 222 kA). Memang suatu erupsi besar kataklismik (cataclysmic) terjadi pada 105 ribu tahun yang lalu, berupa erupsi Plinian yang menghasilkan aliran besar dari debu panas yang melanda bagian baratlaut Bandung dan membentuk penghalang topografi yang baru di Padalarang, yang mempertajam pembentukan danau Bandung. Erupsi besar ini diikuti dengan pembentukan kaldera atau runtuhnya Gunung Sunda yang diikuti lahirnya Gunung Tangkuban Parahu beberapa ratus atau ribu kemudian, yang menghasilkan aliran lava di Curug Panganten 62 ribu tahun yang lalu, sedangkan sedimentasi di danau Bandung berjalan terus.

Suatu ledakan gunung api cataclysmic kedua terjadi antara 55 dan 50 ribu tahun yang lalu, juga berupa erupsi Plinian dan melanda Bandung barat laut, sedangkan aliran-aliran lava di Curug Dago dan Kasomalang (Subang), terjadi masing-masing 41 dan 39 ribu tahun yang lalu. Sementara itu, sedimentasi di Danau Bandung berjalan terus, antara lain pembentukan suatu kipas delta purba yang kini ditempati oleh Kota Bandung pada permukaan danau tertinggi. Akhir dari Danau Bandung pun dapat ditentukan tarikhnya yaitu 16 ribu tahun yang lalu.

3.      Fosil Dinosaurus Tyrannosaurus Rex usborn



4.      Sejarah perkembangan dan tumbuhan
Fasilitas yang ada di lantai dua terbagi menjadi tiga ruangan.
a.        Ruang pertama yaitu Ruang Tengah, yang berisi:
1.      Bebatuan asal Papua
2.      Miniatur penyebaran gas bumi
3.      Miniatur penyebaran minyak bumi
4.      Maket tambang emas paling besar di dunia yang terletak di Irian Jaya.
b.      Ruang kedua yaitu Ruang Barat, yang berisi tempat para staf Museum Geologi Bandung
c.       Ruang ketiga yaitu Ruang Timur, yang berisi tentang cara mengolah mineral dan energi, Informasi manfaat dan kegunaan batu mineral bagi manusia, Gambar penyebaran sumber daya mineral di Indonesia, Informasi Penggunaan mineral dalam aktivitas secara tradisional.
Museum Geologi Bandung merupakan tempat yang banyak dikunjungi oleh masyarakat terutama oleh para pelajar, karena banyak manfaatnya sebagai tujuan untuk belajar, menambah wawasan, pendidikan, dan kesenangan, dan sebagai barang-barang pembuktian makhluk hidup pada zaman dahulu.
Tanggapan kita tentang Museum Geologi Bandung 
Menurut kami hasil kunjungan museum geologi itu sangat bermanfaat dan kita bisa mengetahui berbagai banyak hal yang ada Didalam Museum Geologi Bandung seperti, bebatuan, kristal, lempengan bumi, fosil manusia purba, fosil-fosil fauna dan juga masih banyak fosil-fosil lainnya. Pelayanan di Museum Geologi cukup memuaskan dan disana kita banyak mengetahui darimana asalnya bumi dibentuk dan kita bisa mengetahui banyak hal. 

Kelompok 
Nama : - Agus Mulyana
             - Dewi Cahyati
             - Elsa Meylani
             - Iis Ismawati
             - Siti Astini 









Komentar

Postingan populer dari blog ini

Asal usul Kampung Babakan Teureup

Sejarah Babakan Teureup         Asal usul kampung ini adalah sewaktu jaman penjajahan, kampung ini dijadikan tempat persembunyian  oleh penjajah Belanda  karena menurut penjajah Belanda  kampung ini tidak terdapat penghuni. Ternyata setelah sekian lama penjajah Belanda  mengetahui bahwa sebenarnya  kampung ini terdapat penghuninya.         Suatu saat ada seorang warga yang pergi keluar  dan melihat komplotan  penjajah sedang berdiskusi, lalu lelaki itu pun kembali ke kampung  dan memberi tahu  kepada warga yang lain untuk berjaga malam (ronda malam). Sehingga setiap malam warga kampung ini tidak tidur.          Nama Babakan Teureup diambil dari kata Babakan dan Teureup,”Babakan” yang artinya Tanah yang baru dan "Teureup" yang artinya tidak tidur sehingga kampung ini dinamakan Babakan Teureup yang artinya Tanah baru yang tidak tidur.  Mata pencaharian di kampung ini adalah petani.       Tradisi atau kebiasaan petani dalam menanam padi adalah ketika menanam padi(Tandur

Kedatangan VOC yang Ingin Menguasai Nusantara

Kedatangan VOC yang Ingin Menguasai Nusantara VOC mulai berkuasa dari Afrika sampai Indonesia.   Kedatangan VOC ke nusantara   bertujuan untuk dagang dan juga berniat untuk merampok kekayaan nusantara.   wilayah Hindia Timur adalah wilayah terluas,   sehingga dijadikan wilayah terpenting di Asia. Menurut Femme Gaastra, itu adalah alasan mengapa seluruh kantor VOC di Asia dan Tanjung Harapan tunduk pada Gubernur Jenderal VOC di Batavia. Kekuasaan VOC dengan perlahan mulai terasa, yang awalnya hanya akan berdagang, dan pada akhirnya ada campur tangan politik dan banyak   konflik-konflik yang terjadi di dalam kerajaan. “Biasanya mereka datang ke kerajaan untuk berdagang. Tapi seringkali diundang untuk terlibat membela salah satu pihak di dalam konflik perebutan kekuasaan di kerajaan. Dari situ mereka mendapatkan konsesi wilayah,” kata Mona. Konsesi adalah   pemberihan hak atau izin dari pemerintah. Konflik yang tewrjadi antara Sultan Ageng Tirtayasa dari Banten dengan Sultan Haji